Semangat
kepahlawanan telah ditorehkan oleh para pejuang kemerdekaan yang
membebaskan tanah Bima dari belenggu imperialisme asing. Nilai-nilai
kepahlawanan para pejuang menjadi inspirasi generasi ditengah hilangnya
figur pemimpin daerah yang memiliki karakter, pribadi ke-Bima-an.
Ditengah pergumulan sejarah ditulis dengan berbagai sudut pandang yang
berbeda-beda, perlu dihadirkan kembali paparan sejarah yang bernuansa
kemurnian tanpa ada distorsi. Kebangkitan nasionalisme ditanah Bima
merupakan bukti nyata kita memiliki darah, semangat dan pikiran yang
mencerminkan rasa memiliki dan spirit Kebangsaan.
Sejarah
telah membuktikan, munculnya perlawanan rakyat terhadap cengkeraman
imperialisme, kolonialisme, dan feodalisme melahirkan kepercayaan diri
rakyat Bima untuk menumbangkan bentuk-bentuk invasi dan aneksasi. Apa
yang telah diperbuat oleh “pejuang-pejuang sejati” yang telah
mengorbankan jiwa, raganya untuk kepentingan kemerdekaan tanah Bima
haruslah mendapatkan tempat dan apresiasi yang semestinya. Tokoh-tokoh
sentral yang menjadi pelaku sejarah di tanah Bima perlu diungkap dan
ditulis secara benar tanpa rekayasa yang berkepanjangan. Rekayasa
sejarah hanya melahirkan suatu kebohongan yang berkepanjangan dan
akhirnya kita tidak memiliki kebanggaan, patriotisme serta hilangnya
entitas para pelaku sejarah di tanah Bima.
Sejarah
di tanah Bima hanya menceritakan, meriwayatkan, dan mengkisahkan
eksistensi dinasti dan keberhasilan monarki kesultanan, dan itu tidak
menjadi masalah. Akan tetapi, berkutatnya penulisan sejarah di
lingkungan dinasti ini, membawa akibat terreduksinya peran-peran pelaku
sejarah pejuang kemerdekaan yang mana sebenarnya merekalah memiliki
andil dan jasa besar terhadap kemerdekaan di tanah Bima. Sebagai contoh
dan misal, penulisan sejarah Perang Ngali, Perang Dena, dan perlawanan
yang dilakukan oleh pemuda dan masyarakat terhadap penjajah Belanja,
Jepang dan Nica sangat sedikit sekali diungkapkan, bahkan hampir tidak
tertulis di buku-buku sejarah perjuangan di Tanah Bima. Sejarah
cenderung ditulis secara subyektif, tergantung siapa yang memesan, dan
berkuasa pada waktu serta tempat.
Hari
ini dan kedepan, diperlukan penulisan sejarah yang menyuguhkan
kebenaran, kenyataan, kevalidan yang bersumber dari data, fakta dan
pelaku sejarah. Diperlukan pelurusan kembali penulisan sejarah
perjuangan di tanah Bima, dengan semangat rekonstruksi, revitalisasi
peran-peran kepahlawanan di tanah Bima. Salah satunya cara menghargai
eksistensi dan peran mereka di masa yang lalu dengan menghadirkan
kembali nama-nama mereka sebagai nama jalan atau ataupun nama fasilitas
umum di Kabupaten/Kota Bima bukan nama tokoh-tokoh yang kelihatan
“asing” dari perjuangan rakyat Bima. Memori kolektif masyarakat perlu
diinstal dengan program baru berupa hadirnya nama-nama tokoh/pelaku
sejarah sesuai wilayah dan basis perjuangannya.
Nama-nama jalan protokol di daerah minimal mencantumkan nama tokoh pejuang Bima, misalnya seperti Salasa Ompu Kapa`a (Panglima Perang Ngali), Putra Abdul Kahir, Tayeb Abdullah, H. Abdurrahim Idris (Tuan Imam), Abubakar Abbas, Saleh Bakri, M. Nur Husain, H. Abubakar Husain dan sejumlah nama-nama yang telah berbuat untuk kemerdekaan di Tanah Bima. Mereka sebenarnya tidak ingin dihormati dan disebut pamrihnya, akan tetapi kewajiban kita bersama untuk menempatkannya pada tempat yang semestinya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya, bukan sebaliknya.
Nama-nama jalan protokol di daerah minimal mencantumkan nama tokoh pejuang Bima, misalnya seperti Salasa Ompu Kapa`a (Panglima Perang Ngali), Putra Abdul Kahir, Tayeb Abdullah, H. Abdurrahim Idris (Tuan Imam), Abubakar Abbas, Saleh Bakri, M. Nur Husain, H. Abubakar Husain dan sejumlah nama-nama yang telah berbuat untuk kemerdekaan di Tanah Bima. Mereka sebenarnya tidak ingin dihormati dan disebut pamrihnya, akan tetapi kewajiban kita bersama untuk menempatkannya pada tempat yang semestinya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya, bukan sebaliknya.
Disamping itu, perlunya buku, diktat, dan serial kesejarahan tanah Bima
disuguhkan melalui kurikulum muatan lokal di sekolah-sekolah guna
memberikan informasi dan pelajaran kepada siswa/pelajar, generasi muda
tentang sejarah daerah mereka. Dengan demikian lambat laun siswa,
pelajar dan generasi muda setidaknya dapat mengetahui dan memahami apa
yang terjadi pada masa yang lampau di tanah Bima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar